Outlined Text Generator at TextSpace.net
Elephant Traffic
1,000 Backlinks - $9.99

Asal Usul Sejarah Bedug

Written By pepz32 on Sabtu, 27 Agustus 2011 | 21.00




Sejarah Bedug 


 





Bedug senantiasa dikaitkan dengan media panggil peribadatan. Ada
pendapat tradisi bedug dikaitkan dengan budaya Cina. Adanya Bedug
dikaitkan dengan ekspedisi pasukan Cheng Ho abad ke-15. Laksamana
utusan kekaisaran Ming yang Muslim itu menginginkan suara bedug di
masjid-masjid, seperti halnya penggunaan alat serupa di kuil-kuil Budha
di Cina. Ada pula pendapat bedug berasal dari tradisi drum Cina yang
menyebar ke Asia Timur, kemudian masuk Nusantara.




Namun menurut Drs M Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri
Malang yang melakukan studi bedug di Jawa bersama tim Sampoerna Hijau,
pada masa prasejarah, nenek moyang kita juga sudah mengenal nekara
dan moko, sejenis genderang dari perunggu. Pemakaiannya berhubungan
dengan religi minta hujan.




Kata Bedug juga sudah disinggung dalam kidung Malat, sebuah karya
sastra berbentuk kidung. Susastra kidung berisi cerita-cerita panji.
Umunya ditulis pada zaman Mahapahit, dari kurun waktu abad ke 14-16
Masehi. Dalam Kidung Malat dijelaskan, instrumen musik membrafaon
bedug dibedakan antara bedug besar yang diberi nama teg-teg dengan
bedug ukuran biasa.




Bedug pada masa itu berfungsi sebagai alat komunikasi dan penanda
waktu seperti perang, bencana alam, atau hal mendesak lainnya.
Dibunyikan pula untuk menandai tibanya waktu. Maka ada istilah dalam
bahasa Jawa: wis wanci keteg. Artinya �sudah waktu siang� yang diambil
dari waktu saat tegteg dibunyikan.




Cornelis De Houtman dalam catatan perjalanannya D�eerste Boek
menjadi saksi keberadaan bedug yang sudah meluas pada abad ke-16.
Ketika komandan ekspedisi Belanda itu tiba di Banten, ia menggambarkan
di setiap perempatan jalan terdapat genderang yang digantung dan
dibunyikan memakai tongkat pemukul yang ditempatkan di sebelahnya.
Fungsinya sebagai tanda bahaya dan penanda waktu. Kesaksian ini jelas
menunjuk pada bedug.




Kendati demikian, pengaruh Cina pun tidak dinafikan. Ditilik dari
sisi konstruksi, teknik pemasangan tali/pasak untuk merekatkan selaput
getar ke resonator pada bedug Jawa, mirip pada cara yang digunakan
pada bedug di Asia Timur seperti Jepang, Cina, atau Korea. Bukti lain
terlihat pada penampilan arca terakota yang ditemukan di situs
Trowulan. Arca-arca prajurit berwajah Mongoloid itu tampak menabuh
tabang-tabang, sejenis genderang yang terpengaruh budaya timur tengah.
Kemungkinannya itulah instrumen musik yang dimainkan orang-orang Cina
Muslim di ibukota Majapahit.




Menariknya, tabang-tabang sebenarnya merupakan instrumen musik yang
sudah ada sejak masa Hindu-Budha. Di dalamnya ada pengaruh kuat dari
India dan budaya Semit beragama Islam. Namun diperkenalkan dan
dimainkan oleh masyarakat Cina Muslim.




Jadi, bedug bisa dikatakan contoh perwujudan akulturasi budaya
waditra (instrumen musik membrafon, di mana secara fisiografis terjadi
perpaduan antara waditra membrafon etnik Nusantara dengan wadistra
sejenis dari luar seperti India, Cina, dan Timur Tengah.




Pada Muktamar NU ke-11 di Banjarmasin Kalimanatan Selatan 1936
kembali mengukuhkan penggunaan Beduk dan kentongan, bahwa pemakaian
kedua alat tersebut di masjid-masjid sangat diperlukan untuk
memperbesar syiar Islam. Dengan adanya keputusan itu serangan Islam
modernis bisa dieliminir, dan tradisi pemakaian beduk terus
dipertahankan.




Pada masa orde baru ketika organisasi NU mulai ditekan sementara
Islam modernis mulai mendapat tempat, maka �debedukisasi� dilakukan,
sehingga banyak beduk-beduk bersejarah yang hilang dan sebagian besar
digudangkan. Kemudian dikembangkan program speakerisasi, sehingga
hampir tiap masjid yang sudah dihilangkan beduknya diganti dengan
memasang speaker di menara atau di kubah. Hanya dilingkungan masjid
Nu dan kelompok Islam bermazhab seperti Perti, Al Washliyah, Mathlaul
Anwar dan sebagainya, atau mesjid yang belum diambil oleh kelompok
Islam modernis tetap memakai beduk. Hal itu menadji petanda masjid
yang dikelola oleh Islam bermazhab dengan Islam modernis yang tidak
bermazhab.




Cara Pembuatan Bedug






Pada awalnya, kambing atau sapi dikuliti. Kulit hewan yang biasa
dibuat sebagai bahan baku bedug antara lain kulit kambing, sapi,
kerbau, dan banteng. Kulit sapi putih memiliki kualitas yang lebih
baik dibandingkan dengan kulit sapi coklat.




Sebab, kulit sapi putih lebih tebal dari pada kulit sapi coklat,
sehingga bunyi yang dihasilkannya akan berbeda disamping, keawetannya
yang lebih rendah. Kemudian, kulit tersebut direndam ke dalam air
detergen sekitar 5-10 menit.




Jangan terlalu lama agar tidak rusak. Lalu, kulit dijemur dengan
cara dipanteng (digelar) supaya tidak mengerut. Setelah kering, diukur
diameter kayu yang sudah dicat dan akan dibuat bedug. Seteleh
selesai diukur, kulit tersebut dipasangkan pada kayu bonggol kayu
yang sudah disiapkan.




Proses penyatuan kulit hewan dengan kayu dilakukan dengan paku dan
beberapa tali-temali. Pertanyaannya, adakah didaerah anda yang
Masjidnya masih menggunakan bedug, karena disaentero pelosok, sudah
banyak berganti dengan Speaker.










Permainan/Kesenian Bedug



1.Seni Ngadulag


Seni ngadulag berasal dari daerah Jawa Barat. Pada dasarnya, bedug
memiliki fungsi yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Namun, tabuhan bedug di tiap-tiap daerah memiliki perbedaan dengan
daerah lainnya, sehingga menjadikannya khas. Sehingga lahirlah sebuah
istilah �Ngadulag� yang menunjuk pada sebuah keterampilan menabuh
bedug. Kini keterampilan menabuh bedug telah menjadi bentuk seni yang
mandiri yaitu seni Ngadulag (permainan bedug). Di daerah
Bojonglopang, Sukabumi, seni ngadulag telah menjadi sebuah kompetisi
untuk mendapatkan penabuh bedug terbaik. Kompetisi terbagi menjadi 2
kategori, yaitu keindahan dan ketahanan. Keindahan mengutamakan irama
dan ritme tabuhan bedug, sedangkan ketahanan mengutamakan daya tahan
menabuh atau seberapa lama kekuatan menabuh bedug. Kompetisi ini
diikuti oleh laki-laki dan perempuan. Dari permainan inilah seni
menabuh bedug mengalami perkembangan. Dahulu, peralatan seni menabuh
bedug hanya terdiri dari bedug, kohkol, dan terompet. Tapi kini
peralatannya pun mengalami perkembangan. Selain yang telah disebutkan
di atas, menabuh bedug kini juga dilengkapi dengan alat-alat musik
seperti gitar, keyboard, dan simbal.






2.Seni Rampak Bedug

Rampak Beduk merupakan sajian instrumen berupa perkusi, yang
ditingkahi suara bedug berbagai ukuran. Ada empat bedug diikat kain
merah biru, yang dipukul oleh pemain yang berdiri di tengah. Di
pinggirannya, kelompok musik menimpali dengan bedug berbagai ukuran.
Sesekali suara terdengar dari mulut para pemainnya, mirip suara musik
tiup. Namun, tak ada sajian instrumen tiup. Yang terdengar, suara
harmonis antara bedug dan para vokalis tradisi saling menyahut. Seni
Rampak Bedug berawal dari kebiasaan penduduk berkeliling kampung
sambil memukul bedug kala sahur di bulan puasa. Yang kemudian
dijadikan ajang untuk beradu keras memukul bedug. Alhasil terjadilah
pertemuan antar mereka, saling beradu kekuatan bedug. Tari Rampak
Beduk Banten dimainkan oleh secara masal. Sekilas, gerakannya mirip
tarian dari daerah Aceh.




















3.Bedug Kerok

 


Bedug Kerok adalah Kesenian asli Provinsi Banten dari Kampung
Yudha, Desa Mander, Kecamatan Bandung, Kabupten Serang. Asal
muasalnya seni Bedug Kerok ini tercipta ketika negara ini sedang
gonjang-ganjing oleh krisis, yaitu pada tahun 1998 dimana terjadi
peralihan pemerintahan dari masa Orde Baru ke masa Reformasi. Pada
saat itu terjadi kerusuhan dimana-dimana, pembakaran, penjarahan,
penculikan dan lain sebagainya. Rakyat dimana-mana panik, resah dan
gelisah, masa itu negara dalam keadaan kacau balau, perekonomian
Indonesia jatuh, pengangguran dimana-mana, perusahaan-perusahaan
bangkrut dan masih banyak dampak negatif lainnya. Nah, melihat hal
itu beliau Bapak M. Jufri Nur mencetuskan suatu ide kesenian dimana
supaya rakyatnya menjadi terhibur, sehingga diciptakanlah Bedug
Kerok, bedug yang menghibur dengan penari laki-laki berjoged sesuai
irama musik bedug dan kohkol/kentongan dengan menggunakan topeng
serta mengenakan baju compang-camping. Itulah Bedug Kerok yang kala
itu bisa mengalihkan keresahan masyarakat kampung, khususnya Kampung
Yudha, Desa Mander. Dan sampai saat ini pun Bedug Kerok masih eksis
dan terus dilestarikan dengan berbagai perkembangan.

























































3.Bedug Kayu Pernis

 














Bedug Terbesar Didunia



Bedug
terbesar di dunia berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, Purworejo.
Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya
diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama.
dibuat pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M. Dan diberi nama Kyai Begelan.
Ukuran atau spesifikasi bedug ini adalah : Panjang 292 cm, keliling
bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian
depan 194 cm, diameter bagian belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh
dari bedug ini dibuat dari kulit banteng. Bedug raksasa ini dirancang
sebagai �sarana komunikasi� untuk mengundang jamaah hingga terdengar
sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu salat
menjelang adzan dikumandangkan.

















 Fungsi Bedug



Fungsi sosial :
bedug berfungsi sebagai alat komunikasi atau petanda kegiatan
masyarakat, mulai dari ibadah, petanda bahaya, hingga petanda
berkumpulnya sebuah komuntas. Fungsi estetika : bedug berfungsi dalam pengembangan dunia kreatif, konsep, dan budaya material musikal (sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

free counters