Outlined Text Generator at TextSpace.net
Elephant Traffic
1,000 Backlinks - $9.99

Ketika Sholat Sunah Fajar Lebih Mahal daripada Dunia & Isinya

Written By pepz32 on Kamis, 08 September 2011 | 02.50

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6I-k86VmJOyXTvEj3A2e6OuDuTSgMygGsBEupD9GzLIe_SRRhVw-y1UH2BJsGWCsILpcHuS1lO0LAkUZB2PT7bXycJChpxvvlkz0O8DSTcq-vo0E2n03SnhrHj7kMRoeA4Bu1TMN_5Es/s400/SUJUD.l.jpgSeorang pengusaha nan shalih bernama Kajiman �bukan nama asli-, malam
itu sedang menginap di sebuah hotel berbintang lima di kawasan Simpang
Lima Semarang. Usai melakukan qiyamul-lail ia bergegas ke luar hotel
untuk mencari masjid terdekat dan shalat Shubuh berjamaah di sana. Waktu
di jam tangan Kajiman menunjukkan bahwa waktu adzan Shubuh kira-kira
setengah jam ke depan.



Begitu keluar dari lobby hotel, Kajiman pun memanggil seorang tukang becak yang sedang mangkal lalu ia naik ke atas becak.



"Mau diantar kemana, Pak?" tanya tukang becak bernama Ibnu. Begitu
ditanya, Kajiman menjawab, "Antar saya keliling kota Semarang saja,
Pak!" Ia menjawab sedemikian karena ia tahu bahwa waktu Shubuh masih
jauh tersisa.



Maka Ibnu sang tukang becak mengantarkan Kajiman berkeliling Simpang Lima sebagai pusat kota Semarang.



Kira-kira belasan menit sudah Ibnu mengayuhkan pedal becak mengantarkan
Kajiman yang hendak melihat panorama kota Semarang saat pagi menjelang.
Beberapa jalan sudah mereka susuri berdua. Lalu sayup-sayup terdengar
suara tarhim dari sebuah corong menara masjid di sana.



"Ya Arhamar Rahimiin, Irhamnaa.... Ya Arhamar Rahimiin, Irhamnaa....!"

Suara tarhim itu mengisyaratkan kepada warga kota Semarang bahwa waktu shubuh sebentar lagi akan menjelang.



Sejurus itu Ibnu berkata santun kepada penumpangnya, "Mohon maaf ya pak,
boleh tidak bapak saya pindahkan ke becak lain??" Kajiman membalas,
"Memangnya bapak mau kemana?" "Mohon maaf pak, saya mau pergi ke
masjid!" jawab Ibnu.



Terus terang Kajiman kagum atas jawaban Ibnu sang tukang becak, namun ia
ingin mencari alasan mengapa Ibnu sedemikian hebat kemauannya hingga
ingin pergi ke masjid. "Kenapa harus pergi ke masjid pak Ibnu?" tanya
Kajiman. Ibnu dengan polos menjawab, "Saya sudah lama bertekad untuk
mengumandangkan adzan di masjid agar orang-orang bangun dan melaksanakan
shalat Shubuh. Sayang khan Pak kalau kita tidak shalat Shubuh" jelas
Ibnu singkat.



Jawaban ini semakin membuat Kajiman bertambah kagum atas ketaatan Ibnu.
Namun Kajiman belum puas sehingga ia melontarkan pertanyaan yang
menggoyah keimanan Ibnu. "Pak, bagaimana kalau pak Ibnu tidak usah ke
masjid tapi pak Ibnu temani saya keliling kota dan saya akan membayar Rp
500 ribu sebagai imbalannya!"



Dengan santun Ibnu membalas tawaran itu, "Mohon maaf pak, bukannya
menolak.... namun guru saya pernah mengajarkan bahwa shalat sunnah Fajar
itu lebih mahal daripada dunia beserta isinya!"



Deggg....! dinding hati Kajiman bergemuruh mendapati jawaban hebat dari
seorang pengayuh becak seperti Ibnu. Ia begitu takjub atas ketaatan Ibnu
kepada Tuhannya. Amat jarang menurut Kajiman manusia sekarang yang
memiliki prinsip hidup seperti Ibnu.

Bahkan Kajiman pun memberikan tawaran dua kali lipat dari semula, tetap
saja Ibnu menolaknya. Kekaguman pun membawa Kajiman menyadari bahwa ada
pelajaran besar yang sedang ia dapati dari seorang guru kehidupan
bernama Ibnu pagi itu.



"Dua rakaat Fajar (qabliyah Shubuh) lebih baik daripada dunia beserta isinya." (Muhammad Saw)



Ibnu dan Kajiman pun tiba di salah satu masjid, rumah Allah. Lampu-lampu
masjid belum menyala. Mereka berdualah orang-orang pertama yang membuka
gerbang dan pintu masjid. Ibnu menyalakan lampu-lampu dan ia pun
mengumandangkan adzan saat waktu Shubuh tiba.

Dalam alunan suara merdu Ibnu mengumandangkan adzan, hati Kajiman
semakin hebat berguncang. Dia berkata kepada Tuhannya, "Ya Allah, betapa
ummat dan bangsa ini amat membutuhkan manusia-manusia hebat seperti
Ibnu... Rezekikan kepada kami para pemimpin bangsa dan hamba-hamba yang
senantiasa kuat beriman dan selalu merasa takut kepada-Mu.... sehingga
tiada lagi yang kami cari untuk hidup di dunia ini selain keridhaan dan
surga-Mu."



Shalat Shubuh pun didirikan di masjid tersebut, termasuk dalam shaf barisan hamba Allah pagi itu adalah Kajiman dan Ibnu.



Kajiman begitu mensyukuri pelajaran berharga yang Allah berikan untuknya
di pagi itu. Usai shalat, Kajiman masih melanjutkan ibadahnya dengan
dzikir dan bermunajat kepada Tuhannya Yang Maha Pemurah. Namun lagi-lagi
terbayang di benaknya sosok hebat Ibnu sang Tukang Becak. Entah mengapa
dirasakan oleh Kajiman bahwa Allah menginginkan dirinya membantu Ibnu
untuk hadir ke Baitullah berhaji di tahun ini. Doa di pagi itu sungguh
membuat Kajiman terasa amat dekat dengan Tuhannya. Hingga badannya
berguncang dan air mata pun mengalir deras di pipinya. Tak kuasa ia
membendung gelombang arus rahmat dari Tuhannya.



Usai puas berdoa, Kajiman pun menurunkan kedua tangannya yang tadi
terangkat. Terdengar oleh telinganya sapaan lembut pak Ibnu yang
berkata, "Mari pak kita teruskan perjalanan keliling kota Semarang....!"



Kajiman lalu menoleh ke arah sumber suara. Ia berdiri dan menghampiri
tubuh Ibnu. Ia gamit tangan Ibnu untuk berjabat lalu memeluk tubuhnya
dengan erat. Sementara Ibnu belum mengerti apa maksud perbuatan yang
dilakukan Kajiman.



Dalam pelukan itu Kajiman membisikkan kalimat ke telinga Ibnu, "Mohon
pak Ibnu tidak menolak tawaran saya kali ini. Dalam doa munajat kepada
Allah tadi saya sudah bernazar untuk memberangkatkan pak Ibnu berhaji
tahun ini ke Baitullah...., Mohon bapak jangan menolak tawaran saya ini.
Mohon jangan ditolak!!!"



Subhanallah.... bagai kilat dan guntur yang menyambar menggoncang bumi.
Betapa hati Ibnu teramat kaget mendengar penuturan Kajiman yang baru
saja dikenalnya. Kini Ibnu pun mengeratkan pelukan ke tubuh Kajiman dan
ia berkata, "Subhanallah walhamdulillah.... terima kasih ya Allah....
terima kasih pak Kajiman.....!"



Untuk kali ini, Ibnu tiada menolak tawaran Kajiman!



Labbaikallahumma Labbaik..... Labbaika Laa Syarika Laka Labbaik

Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah... Aku penuhi panggilan-Mu



Haji adalah memenuhi panggilan Allah Swt sekali seumur hidup. Bagaimana
mungkin seorang manusia memenuhi panggilan Allah yang agung ini, bila
dalam sehari Allah Swt memanggilnya hingga lima kali, namun ia tiada
mengindahkan.

Ibnu sungguh pantas mendapat hadiah penghargaan dari Allah Swt.



Ucapan terima kasih khusus untuk ayahanda Kajiman atas kisah yang luar biasa ini! Wallahu 'alam. (sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

free counters